PELUANG USAHA
https://konsultanpemasaran-malang.blogspot.com/2016/01/peluang-usaha.html
A. Eksploitasi Imajinasi dan Intuisi Usaha
Sifat wirausahawan adalah selalu mencari dan melihat peluang yang tersembunyi dengan gagasan baru dan bekerja keras untuk merubah peluang menjadi kenyataan. Kreativitas dalam memunculkan ide memiliki peranan penting dalam inovasi produk sebuah usaha. Sutomo (2007) menjelaskan bahwa kreativitas menjadikan peluang sebagai ide praktis yang dapat diterapkan ke pekerjaan sehari-hari memerlukan kemampuan pengembangan ide (divergen) dan kemampuan mengerucutkan ide (konvergen). Contohnya Seorang wirausaha yang melihat limbah perca di sekitar rumah, terlebih dahulu akan mengembangkan ide, bisa dijadikan apa ya? Aksesoris? Boneka? Hiasan dinding ? tudung saji? Dan lain sebagainya. Setelah itu seorang wirausaha perlu mengerucutkan ide itu tadi sehingga lebih fokus dan realistis untuk dijalankan.
Prof.W. Ladd (dalam Alma, 2005) dalam karyanya yang berjudul Atistic Researh tool for Scientific Minds mengemukakan bahwa kemajuan usaha dipengaruhi oleh mental bawah sadar berupa imajinasi dan intuisi.
1. Rasa bawah sadar
Rasa bawah sadar adalah berupa proses mental , bisa berbentuk pikiran, ide dan perasaan yang muncul dalam pikiran tanpa kita sadari. Konsep dan pikiran kita berasal dari bawah sadar kemudia rasa sadar kita digunakan untuk menguji konsep itu, apakah diterima atau ditolak Misalnya saat seseorang sedang berbincang-bincang serius, tiba-tiba melintas dalam pikirannya untuk menemui seseorang untu menawarkan barang. Saat perbincangan serius selesai, orang tersebut berusaha mengingat apa yang tadi melintas. Upaya untuk mengingat itu bisa berhasil bisa tidak. Jika tidak berhasil mengingat artinya alam sadarnya tidak berhasil memanggil kembali apa yang muncul di alam bawah sadarnya. Pada kenyataannya hanya sebagian kecil proses bawah sadar yang mampu diingat oleh seseorang. Kemampuan ini bergantung pada seberapa sering seserang memberikan perhatian pada ide yang muncul di alam bawah sadarnya.
2. Imajinasi
Ide juga bisa muncul melalui imajinasi. Imajinasi ada 2,yaitu imajinasi pasif (contohnya mimpi, lamunan) dan imajinasi reproduksi (contohnya imajinasi di bidang sains). Imajinasi reproduksi didukung oleh kemampuan membentuk kembali pengalaman masa lalu, orang semacam ini inin mengobservasi, ingin memliki dan ingin mewujudkan idenya. Imajinasi seperti ini disebut juga imajinasi kreatif. Hasil dari imajinasi kreatif adalah penemuan baru, yang bisa berupa benda, konsep, ide maupun model .
3. Intuisi
definisi intuisi adalah ”pengetahuan mendadak yang diperoleh tanpa sadar”. Bisa diartikan pula sebagai pengertian yang diperoleh mendadak tentang kebenaran. Istilah lain dari intuisi adalah "knowing without knowing why I know”. Contoh intuisi adalah saat seorang wirausaha sedang menanam bunga, tiba-tiba melintas ide dalam benaknya tentang cara meningkatkan penjualan.
Pada dasarnya semua orang memiliki intuisi. Proses mental bawah sadar yang menciptakan intuisi bisa distimulasi agar lebih produktif. Salah satu caranya adalah dengan mencatat, segera setelah ide tersebut muncul.
Ladd menguraikan faktor-faktor yang mendorong bekerjanya proses bawah sadar menjadi sangat produktif. Faktor tersebut adalah:
1. Keraguan (doubt)
Saat seseorang merasa ragu untuk menyelesaikan masalah dengan cara konvensional, rasa bawah sadar kemudian muncul membantu menciptakan ide pemecahannya.
2. Sikap berani (venturesome attitude)
Keberanian berbuat salah akan meningkatkan respon terhadap ide dari alam bawah sadar. Orang yang takut berbuat cenderung segera menolak ide yang tidak biasa, dan mengambil langkah yang lebih aman. Akibatnya kemajuan yang didapat akan lebih lambat dari orang yang berani menjalankan intuisinya. Perlu disadari bahwa kesalahan adalah hal biasa, dan kegagalan tidak pernah bisa diramalkan secara tepat. Tantangan dari sebuah ide yang penuh resiko akan membuat seorang wirausaha lebih cermat dalam membuat persiapan dan lebih keras dan berusaha. Bahkan kegagalam besar mungkin akan lebih mengobarkan semangat dianding sebuah kesuksesan kecil.
3. Bermacam-macam pengalaman, memori dan ketertarikan
Banyak pengalaman,kenangan dan minat yang dimiliki akan membantu memanfaatkan rasa bawah sadar seseorang. Seluruh informasi yang didapat dari pengalaman, kenangan dan pengembangan minat akan membantu seseorang membuat jalinan hubungan benda atau masalah yang dihadapi.
4. Persiapan yang sempurna dan sungguh-sungguh
Membuat persiapan dengan cermat dan serius, merenungi masalahnya dengan jelas, akan memancing rasa bawah sadar memunculkan ide yang bermanfaat.
5. Menyerah sementara
Rasa bawah sadar kadang memunculkan solusi saat seseorang berhenti memikirkan masalahnya. Saat menghadapi masalah atau mencari ide baru ada baiknya seorang wirausaha menghentikan sejenak upayanya tersebut, dan melakukan kegiatan lain.
6. Relaksasi/istirahat/santai
Proses kerja alam bawah sadar aktif pada saat pikiran tidak terlalu penuh, maka kondisi santai akan sangat bermanfaat untuk memunculkan ide. Ada orang yang alam bawah sadarnya aktif pada malam hari sehingga tengah malam terbangun dengan ide cemerlang. Ada pula yang idenya muncul saat jalan-jalan, mengendarai mobil, berlibur ke tempat yang menimbulkan rasa santai dan nyaman, atau berbaring setengah tidur.
7. Menulis
Alam awah sadar bisa terstimulasi saat menulis. Menulis mengaktifkan imajinasi dan kerja belahan otak kanan, sehingga mendorong alam bawah sadar untuk bekerja. J.Z. Young dalam bukunya Doubt and certainty in science menyatakan bahwa intuisinya banyak muncul apabila ia menulis. Pada waktu ia menulis, ia hanya tahu kalimat pertamanya saja tanpa tahu kalimat selanjutnya. Tapi ketika dimulai, intuisinya muncul terus menerus sehingga selesailah pekerjaan menulisnya.
8. Bertukar pikiran
Berbicara dengan orang lain akan memberikan kita pendapat atau sudut pandang lain, bisa juga melengkapi ide atau pandangan kita yang kurang komplit. Diskusi dengan orang lain akan sangat membantu pemecahan masalah.
9. Bebas dari kebingungan atau kekacauan
Banyaknya gangguan atau interupsi akan mengganggu kerja alam bawah sadar. Pada orang yang terlalu banyak tugas, pikirannya ruwet karena sering berganti tugas, pemindahan yang terjadi dari rasa bawah sadar akan diterima oleh rasa bawah sadar sebagi random noise atau keributanbelaka, dan ini tidak akan melahirkan intuisi. Segera melaksanakan tugas, dan tidak menundanya bisa menjadi salah satu cara agar pikiran tidak terlalu ruwet sehingga ada tempat kosong atau space untuk alam bawah sadar bekerja.
10. Limit waktu (deadline)
Adanya batas waktu yang hampir habis, mendorong alam bawah sadar bekerja lebih giat. Misalnya bagi seorang wirausaha, semakin dekat waktu penyelesaian target, maka makin banyak ide praktis muncul. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang baru bisa menyelesaikan tugas saat tenggat waktu hampir habis. Membiasakan melakukan pekerjaan pada batas waktu tidak terlalu disarankan, karena belum tentu ide akan muncul di saat-saat terakhir.
11. Tekanan/ tension
Tekanan atau keterlibatan kita yang sangat dalam pada satu persoalan ditambah lagi dengan rasa keinginan tahu yang sangat besar akan mengundang konsentrasi dan semangat tinggi sehingga mendorong rasa bawah sadar seseorang. Sumber keinginan untuk memecahkan masalah ada 3, yaitu curiosity, ego dan frustasi. Curiosity atau rasa penasaran muncul saat seseorang melihat sesuatu yang tidak sempurna atau perlu dirubah, kemudian ego mendorong seseroang untuk melakukan sesuatu, sehingga jika ia mampu menyempurnakan atau menyelesaikannya akan muncul perasaan mampu (mastery dalam dirinya). Perasaan frustasi yang muncul saat seseorang gagal atau merasa hasilnya belum lengkap/sempurna juga bisa memunculkan tekanan dalam diri yang membuatnya bersemangat untuk melakukan tindakan. Ketiga faktor diatas (penasaran, ego, frustasi) akan membangkitkan tension estetik yang mendorong munculnya intuisi.
Prof.Ladd menyatakan bahwa tidak ada gunanya seseorang memililiki banyak rasa bawah sadar bila rasa sadarnya gagal menangkap hasil bawah sadar. Intuisi terkadang muncul di batas rasa sadar, dan harus segera ditangkap sebelum hilang. Imajinasi dan intuisi akan sangat membantu kemajuan usaha seseorang. Dengan didukung pengalaman, data, mau berpikir, senang dengan tantangan, akan memaksa seseorang meningkatkan daya intuisinya. Misalnya seorang wirausaha tiba-tiba punya ide pergi ke luar kota menemui sahabat lamanya. Kunjungan mendadak itu ternyata mendatangkan keuntungan yang luar biasa. Seandainya ia tidak menuruti intuisinya untuk pergi menemui sahabatnya, maka keuntungan itu tidak akan datang.
B. Menilai Peluang Usaha Baru
Peluang usaha bisa muncul dari mana-mana. Baik muncul dari diri sendiri melalui intuisi maupun melalui hasi pencarian ide yang dilakukan secara sengaja, maupun muncul sebagai respon terhadap faktor di luar diri (tawaran, lokasi straegis, permintaan pasar, bahan baku melimpah, dsb). Beberapa hal yang perlu diingat oleh seorang wirausaha dalam melihat peluang adalah (Supriyadi & Widodo, 2002):
1. Pengalaman dan objektifitas
Terutama dari sudut pandang pemasaran dan sudut pandang bisnis. Pengalaman akan membantu seorang wirausaha dalam menilai sebuah peluang usaha. Misalnya pengalaman seseorang berdagang pakaian batik akan membantunya menilai peluang membuka konfeksi pakaian batik. Pengalaman bisa berasal dari apa yang pernah dilakukannya, bisa juga melalui konsultasi dengan orang yang lebih berpengalaman. Selain itu objektivitas dalam menilai sebuah peluang juga diperlukan sehingga usaha yang dijalani sudah diawali dengan perhitungan yang matang.
2. Kedekatan pasar
Salah satu kesalahan dalam wirausaha yaitu ada kecenderungan hanya faktor kemampuan berproduksi saja yang diutamakan, sedangkan kemampuan untuk memenuhi keinginan konsumen kurang diperhatikan. Mestinya memproduksi untuk bisa dijual, bukan sekedar memproduksi apa yang dapat dibuat.
3. Pemahaman teknis
Kurangnya pemahaman teknis terutama bagi produk baru akan menghambat atau mengakibatkan tertundanya pendirian usaha baru. Sebaiknya saat melihat peluang usaha, seorang wirausaha segera mencari tahu sedetail mungkin persiapan teknis yang dibutuhkan menjalankan usaha tersebut, sehingga saat usaha dimulai tidak banyak waktu dan biaya terbuang karena faktor teknis.
4. Kebutuhan finansial
Perlu dihitung biaya yang dibutuhkan untuk produk baru, termasuk biaya coba-coba. Pengadaan alat, pelatihan SDM, dan lain-lain. Besarnya kebutuhan ini akan membantu menentukan harga serta kapan dan bagaimana break event point (BEP) dapat dicapai.
5. Diferensiasi produk
Terutama untuk membedakan produk maupun jasa yang akan ditawarkan, dengan produk pesaing. Peluang akan semakin besar jika seorang wirausaha mampu menawarkan produk yang memiliki nilai lebih atau berbeda dari yang sudah ada.
6. Pemahaman aspek hukum
Terutama berkaitan dengan masalah hak cipta, merk dagang, hak paten, dll (SIUT, SIUP, SIUJK,TDP, NPWP, PKP). Pemahaman terhadap aspek hukum membantu mengurangi faktor resiko. Ada peluang usaha yang tampaknya memberikan keuntungan yang menggiurkan, ternyata memiliki resiko berhadapan dengan masalah hukum. Dalam hal ini seorang wirausaha wajib berhati-hati mensikapi peluang tersebut.
Hal-hal yang disebutkan di atas, bukanlah untuk menakut-nakuti seorang calon wirausaha untuk memulai usahanya, tapi agar seorang wirausaha bisa mensikapi peluang dengan cerdas sehingga lebih dekat dengan keberhasilan. Menilai peluang sebaiknya tidak dilakukan terlalu lamban, karena peluang yang ada bisa hilang atau diambil orang. Seorang wirausaha harus bisa bergerak dan berpikir dengan cepat.
Suharno (2008) memberikan fakta dan tips untuk membantu seorang wirausaha menilai peluang usaha maupun usaha yang sedang dijalani, sebagai berikut:
1. Fakta
a. Pada umumnya semua jens produk memiliki peluang mencetak keuntungan dan kerugian. Permasalahannya bukan pada produk tapi pada pasarnya. Bisa saja seorang wirausaha menjalankan bisnis yang tampaknya bergengsi ataupun eksklusif, tapi kalau produk itu tidak laku, apa artinya?
b. Sebagian besar usaha mengalami kebangkrutan bukan disebabkan oleh persaingan, melainkan oleh kekurangmampuan mengelola SDM. Banyak perusahaan bisa tumbuh dengan cepat kemudian bangkrut
c. Banyak yang mengira bisnis yang dimulai dengan hobi akan maju pesat. Faktanya, bisnis memang membantu wirausaha mengetahui seluk beluk kegiatan yang terkait dengan hobi tersebut. Ketika hobi menjadi bisnis, wirausaha perlu mencermati pola jual beli yang layak agar bisa menguntungkan usahanya.
d. Menjual produk yang murah belum tentu laku. Banyak produk yang harganya sangat mahal justeru lebih laku dari pesaingnya yang menawarkan harga murah. Permasalahannya adalah pada nilai yang akan diterima pembeli. Bisa jadi karena dengan harga semahal itu konsumen merasa memperoleh sesuatu, mungkin kualitas produk, kualitas pelayanan, atau soal gengsi. Wirausaha yang cermat memprediksi selera pasar, akan punya peluang keberhasilan lebih besar.
e. Banyak orang mengira membuka usaha yang belum dilaukan orang lain punya peluang maju lebih besar. Faktanya, dengan membuka usaha baru yang belum dilakukan orang lain seorang wirausaha harus melakukan investasi uang dan waktu yang lebih besar untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang ditawarkan bermanfaat bagi konsumen.
2. Tips
a. Wirausaha perlu mencari sesuatu yang membuatnya senang, misalnya: makanan, pendidikan, interior, fashion, perbankan, dll. Tidak usah dipikirkan kegiatan itu menguntungkan atau tidak, yang penting ia dapat memilih dan melakukan kegiatan yang menyenangkan.
b. Setelah mengumpulkan kegiatan yang menyenangkan, seorang wirausaha bisa mulai memilih salah satu dari kegiatan tersebut yang pasarnya benar-benar bagus. Misalnya seorang wirausaha menyenangi kegiatan yang berkaitan dengan makanan, maka ia bisa memilih mana yang pasarnya lebih bagus: usaha catering, membuka warung makan, membuat kue kering, minuman ringan, bisnis hantaran makanan/parcel, atau menjadi penulis resep inovatif di majalah-majalah?
c. Setelah memilih dengan mantap, wirausaha perlu mencari tentang pesaing dalam bidang usaha tersebut. Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas pesaing wirausaha dapat mengukur kemampuannya dalam membangun usaha.
C. Analisis SWOT
Gambar 7. Diagram Analisis SWOT(sumber: Rangkuti, 2006)
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2006). Analisis SWOT membandingkan antara faktor ekternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths dan kelemahan (weakness).
.
Gambar 7. Diagram Analisis SWOT (Sumber: Rangkuti, 2006)
Pada gambar di atas dapat dilihat kondisi yang berbeda pada masing-masing kuadran:
a. Kuadran 1 :
Situasi yang sangat menguntungkan, ada sinergi antara kekuatan yang dimiliki dan peluang. Wirausaha dapat melancarkan kebijakan agresif (growth oriented strategy) berkaitan dengan usaha atau produknya.
b. Kuadran 2 :
Meskipun menghadapi perbagai ancaman, tapi masih ada kekuatan internal yang dimiliki. Strategi yang harus digunakan adalah strategi diversifikasi produk/pasar agar usaha dapat berjalan
c. Kuadran 3 :
Peluang pasar besar, tapi ada kendala internal (contohnya permintaan terhadap produk tinggi tapi secara internal sedang mengalami masalah SDM). Strategi yang dapat dilakukan adalah mengurangi masalah atau kendala internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang baik
d. Kuadran 4:
Kondisi yang sangat tidak menguntungkan, secara internal banyak kelemahan sementara ancaman dari luar cukup banyak dalam kondisi ini strategi yang diunakan adalah stratgi defensif, yang penting usaha bisa terus bertahan.
Alat yang digunakan untuk menyusun faktir strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.D. Profil Usaha
Secara garis besar ada 5 jenis usaha, kelima usaha ini dapat dirinci sedemikian rupa baik menurut lembaga yang mengusahakan, bentuk badan hukum, besarnya usaha, komoditi yang diusahakan, sehingga muncul berbagai jenis usaha yang luar biasa banyaknya. Kelima usaha tersebut antara lain:
1. Usaha ekstraktif
Merupakan usaha yang bergerak dalam bidang pertambangan atau bidang usaha yang mengambil langsung dari alam, seperti hasil laut, hasil hutan.
2. Usaha agraris
Mencakup berbagai usaha pengelolaan kebun, perdagangan hasil-hasil pertanian (agrobisnis) atau usaha apapun yang dapat dihasilkan atau diolah dari bidang pertanian, perkebunan maupun peternakan.
3. Usaha industri
Pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi, atau modifikasi menjadi produk yang baru. Industri dapat dirinci dalam bentuk berbagai jenis komoditi yang dihasilkan dan besar kecilnya industri yang diusahakan.
4. Usaha jasa
Bentuk utama dari usaha ini adalah memberikan layanan atau service. Bisa berupa tenaga, keahlian, maupun ide. Contoh usaha ini adalah biro jasa pengurusan surat (bpkb, stnk, pasport, dll), lembaga konsultan, kursus, pengelolaan parkir, desain dsb.
5. Usaha perdagangan
Penjualan berbagai produk, baik dalam skala besar maupun kecil. Perdagangan merupakan ujung tombak bisnis, karena sebaik apapun sebuah produk, belum bernilai bisnis sampai ia berhasil dijual.
a. Konsentrasi
Barang-barang yang akan dipasarkan dikumpulkan terlebih dahulu. Misalnya pengepul hasil pertanian seperti tengkulak, KUD atau dolog yang mengumpulkan beras dari para petani.
b. Equasi
Mencari informasi daerah yang memerlukannya, berapa dan kapan diperlukannya
c. Distribusi
Barang dikirim menurut jumlah dan kualitas sesuai dengan informasi yang telah dikumpulkan. Pola distribusi bisa menunjukkan apakah sebuah perdagangan itu bisa dikatakan perdagangan besar atau bukan. Ada 3 hal yang bisa diperhatikan; yaitu:
1) Motif pembelian, Barang bukan untuk dikonsumsi, tapi untuk dijual kembali agar memperoleh keuntungan
2) Jumlah pembelian, barang yang dibeli dalam jumlah besar, bukan untuk keluarga maupun kawan sendiri, tapi untuk diperdagangkan
3) Cara-cara usaha, ada beberapa kriteria:
· Perdagangan besar mempunyai usaha yang diskriminatif, hanya melayani perdangan eceran. Tidak melayani semua konsumen
· Transaksinya adalah transaksi besar, dala arti lebih besar dari kebutuhan sehari-hari
· Harga dapat berubah sesuai situasi. Bukan one price policy seperti para pedagang, tapi dapat dilakukan cara korting, kredit, cara-cara pengiriman dsb.
Termasuk dalam perdangan besar adalah perdagangan dengan cara grosir. Grosir sendiri dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Grosir yang berfungsi terbatas, terdiri atas:
a. Pengirim barang (drop shippers) adalah pedagang besar yang tidak memiliki gudang, mereka membeli barang kemudian langsung mengirimkan kepada langganannya.
b. Pedagang dengan truk (truck jobber) adalah pedagang yang mengusahakan truk, membawa barang, kemudian menyerahkannya sewaktu melewati pedagang eceran.
c. Grosir tunai dengan self service (cash carry wholesalers) yaitu pedagang besar yang menjual barangnya secara tunai dengan harga relatif rendah.
d. Pengecer yang bersama-sama memiliki grosir (retails owned cooperaties wholesalers) yaitu sekelompok pedagang eceran mengusahakan sendiri toko grosir dengan dengan maksud menekan biaya dan dapat membeli barang dengan harga relatif rendah. Mereka memilih seorang manajer yang akan mengurus toko grosirnya. Toko grosir ini berfungsi secara cooperatif sebagai pedagang besar atau melakukan fungsi perdagangan lainnya secara bersama.
e. Kelompok sukarela bergabung dengan grosir (voluntary group wholesalers) merupakan kelompok yang terdiri dari sekumpulan toko-toko eceran yang dimiliki secara bebas oleh pengusaha-pengusahanya yang dengan sukarela bergabung dengan seorang pedagang besar untuk pembelian, reklame, dan aktivitas-aktivitas lainnya.
2. Pengumpul hasil pertanian
a. Pembeli lokal khusus (private resident buyer) merupakan dealer lokal yang berdiri sendiri dan terkadang merupakan wakil dari dealer dan produsen.
b. Pembeli yang berkeliling mendatangi perusahaan pertanian satu persatu atau membuka tempat pengangkutan lokal agar dapat membel hasil para petani
c. Saudagar dengan truk (merchant truker) menggunakan truk sebagai alat pengangkut dengan membeli buah-buahan, sayur-sayuran, ternak dll dan menjualnya langsung ke pedagang eceran
d. Pembeli berdasar perintah (order buyer) yang memiliki para grosir pasar sentral dan distributor, mereka membeli berdasarkan perintah dan pemberian tugas dengan kualitas tertentu atau bisa juga disebut menjadi agen perantara.
3. Jenis grosir menurut barang yang diperdangankan
a. Grosir barang umum (general line) dapat memenuhi setiap kebutuhan pedagang eceran karena mempunyai bermacam-macam produk dan mengambil keuntungan dari order yang cukup besar.
b. Grosir barang khusus (speciality wholesalers) grosir yang menkhususkan diri di bidang tertentu (misalnya obat, bahan pangan, pakaian jadi, dll). Karena mengkhususkan diri dalam penjualan besar, biasanya mereka juga punya pengetahuan tentang barang yang diperdagangkannya
4. Jenis grosir menurut lapangannya
a. Grosir melayani pabrik (mill suply wholesalers) mereka menjual berbagai barang hasil industri yang dibelinya ke pabrik-pabrik
b. Penjual barang khusus ke pabrik jenis grosir (single line wholesalers) , grosir ini memperdagankan produk khusus untuk dijual kepada macam-macam pembeli pembeli dan berindak seabagai drop shipper.
5. Menurut daerah operasi atau daerah yang dilayaninya
a. Grosir tingkat nasional (national wholesalers) yaitu grosir yang daerah kerjanya meliputi wilayah seluruh negara.
b. Grosir tingkat propinsi (regional wholesalers) yaitu grosir yang tidak berusaha untuk mendistribusikan produk-produk mereka ke seluruh negara, tetapi hanya menjangkau daerah luas meliputi seluruh daerah bagian atau propinsi.
c. Grosir lokal (local wholesalers) daera kerjanya pada sebuah kota besar atau bagian dari kota atau kota kecil yang letaknya berdekatan.
Dalam dunia usaha, perdagangan besar memiliki fungsi antara lain: pengumpulan dan penyebaran, pembelian dan penjualan, pemilihan barang, pemberian kredit, penyimpanan dan pengangkutan.
Perdagangan eceran/ retail
Perdagangan eceran bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen ke konsumen. Pedagang eceran adalah orang yang pekerjaan utamanya mengecerkan barang. kalau ada produsen yang menjual langsung produknya ke konsumen akhir, tetap tidak termasuk retailing/pedagang eceran karena pekerjaan utamanya bukan pengecer, tapi produsen. Perdagangan eceran ini sangat penting artinya dalam mata rantai produk dari produsen sampai ke konsumen, retail bisa memperoleh informasi tentang selera pembeli, memasang spanduk/iklan, memberikan hadiah, dsb. Perdagangan eceran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Perdagangan eceran besar
b. Perdagangan eceran kecil, terdiri dari pedagang berpangkalan (toko kecil, kios, warung) dan pedagang tidak berpangkalan (tukang bakso, tukang sate, sol sepatu).
Setelah pebisnis retail masuk ke Indonesia, maka pelaku bisnis ritel dapat dikelompokkan menjadi 4 (Foster, 2004):
a. Kelompok grosir dan hypermarket
b. Kelompok supermarket/department store
c. Kelompok minimarket modern
d. Peritel kecil tradisional
Terdapat banyak faktor yang menentukan sukses tidaknya sebuah bisnis retail. Faktor tersebut antara lain:
a. Lokasi/tempat : lokasi yang strategis, misalnya di tengah keramaian kota akan memiliki volume penjualan lebih tinggi dibanding toko yang letaknya jauh dari keramaian.
b. Kelengkapan barang : konsumen lebih memilih toko yang lengkap, dengan variasi produk yang lebih beragam. Barang yang disediakan perlu memperhatikan prinsip: menyediakan barang yang tepat, pada tempat yang tepat,pada waktu yang tepat, pada harga yang tepat, pada jumlah yang tepat. Oleh karena itu perlu perencanaan yang matang.
c. Ketepatan harga : strategi dalam menentukan harga perlu dipertimbangkan. Ada toko yang memberikan penawaran harga lebih murah dari harga pasaran untuk produk-produk terkenal, agar tokonya mendapatkan citra murah sehingga konsumen bersedia menjadi pelanggan loyal di toko tersebut
d. Suasana toko, dipengaruhi oleh : eksterior, interior, layout, karyawan Pedagang kaki lima
Kebanyakan barang-barang yang ditawarkan adalah barang-barang conveniencey yang dibeli dengan alasan emosional, begitu melihat langsung ingin membelinya. Harga produk masih bisa ditawar. Alma (2005) menyebutkan definisi dari pedagang kaki lima adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penhasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi tempat atau pusat-pusat konsumen.
Franchise (waralaba)
Bygrave (1994) mendefiniskan franchise sebagai sebuah peluang bisnis dimana pemilik, produsen atau distributor sebagai franchisor dari barang dan jasa atau merk tertentu memberi hak kepada individu atau franchisee untuk menjadi agen lokal dari barang dan jasa. Sebagai imbalannya franchisor menerima pembayaran atau royalti yang telah ditetapkan. Dalam kerjasama tersebut terdapat license of agreement atau semacam kontrak yang memuat rencana pemasaran, prosedur aliran dokumen, pelaksanaan bantuan dan suaha pengembangan bisnis. Merk dagang menjadi aset utama franchisor.
Waralaba dibedakan menurut 3 karakteristik:
1. Pemberi waralaba memberi lisensi kepada pewaralaba dengan imbalan royalti
2. Pewaralaba diharuskan membayar kewajiban untuk menjadi bagian sistem tersebut
3. Pemberi waralaba menyediakan suatu sistem pemasaran dan sistem operasi untuk menjalankan kegiatan bisnis. Misalnya mc donald mengharuskan pewaralabanya mengikuti ”universitas of hamburger” di illinois untuk belajar bagaimana cara mengelola bisnis dan menerima instruksi prosedur yang harus diikuti dalam melaksanakan bisnis.
Keuntungan franchising:
1. Produk yang ditawarkan telah memasuki pasaran yang luas dan diterima oleh umum
2. Franchising tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk memperkenalkan kredibilitas perusahaan
3. Franchisor sudah berpengalaman dan memiliki keahlian manajemen sehingga dapat memberikan bantuan kepada franchisee.
4. Perencanaan secara detail lebih bisa dilakukan karena pengetahuan tentang pasar dari franchisor yang telah matang
Mahfoedz (2006) mengklasifikasikan waralaba menjadi 4 jenis:
1. Sistem waralaba pabrik-pengecer
Pabrik memberikan ijin kepada semua outlet untuk menyimpan sediaan dan memasarkan produknya. Misalnya kendaraan bermotor, produk minyak/gas, sepatu dll
2. Sistem waralaba pabrik-grosir
Franchisee melakukan aktivitas produksinyanya kepada pengecer lokal. Misalnya pada perusahaan minuman pabrik memasok bahan dasar kepada grosir yang menambahaknya dengan bahan, kemasan produk kemudian mendistribusikannya.
3. Sistem waralaba grosir-pengecer
Franchisor mencari pengecer independen untuk menjadi franchisee dengan cara kontrak, jadi grosir mensponsori waralaba eceran.
4. Waralaba nama perusahaan
Franchisor memiliki nama perusahaan yang telah dikenal dan mtode untuk pengoperasian outlet yang terbukti menguntungkan. Misalnya mcdonalds, sheraton inn, dll
Sifat wirausahawan adalah selalu mencari dan melihat peluang yang tersembunyi dengan gagasan baru dan bekerja keras untuk merubah peluang menjadi kenyataan. Kreativitas dalam memunculkan ide memiliki peranan penting dalam inovasi produk sebuah usaha. Sutomo (2007) menjelaskan bahwa kreativitas menjadikan peluang sebagai ide praktis yang dapat diterapkan ke pekerjaan sehari-hari memerlukan kemampuan pengembangan ide (divergen) dan kemampuan mengerucutkan ide (konvergen). Contohnya Seorang wirausaha yang melihat limbah perca di sekitar rumah, terlebih dahulu akan mengembangkan ide, bisa dijadikan apa ya? Aksesoris? Boneka? Hiasan dinding ? tudung saji? Dan lain sebagainya. Setelah itu seorang wirausaha perlu mengerucutkan ide itu tadi sehingga lebih fokus dan realistis untuk dijalankan.
Prof.W. Ladd (dalam Alma, 2005) dalam karyanya yang berjudul Atistic Researh tool for Scientific Minds mengemukakan bahwa kemajuan usaha dipengaruhi oleh mental bawah sadar berupa imajinasi dan intuisi.
1. Rasa bawah sadar
Rasa bawah sadar adalah berupa proses mental , bisa berbentuk pikiran, ide dan perasaan yang muncul dalam pikiran tanpa kita sadari. Konsep dan pikiran kita berasal dari bawah sadar kemudia rasa sadar kita digunakan untuk menguji konsep itu, apakah diterima atau ditolak Misalnya saat seseorang sedang berbincang-bincang serius, tiba-tiba melintas dalam pikirannya untuk menemui seseorang untu menawarkan barang. Saat perbincangan serius selesai, orang tersebut berusaha mengingat apa yang tadi melintas. Upaya untuk mengingat itu bisa berhasil bisa tidak. Jika tidak berhasil mengingat artinya alam sadarnya tidak berhasil memanggil kembali apa yang muncul di alam bawah sadarnya. Pada kenyataannya hanya sebagian kecil proses bawah sadar yang mampu diingat oleh seseorang. Kemampuan ini bergantung pada seberapa sering seserang memberikan perhatian pada ide yang muncul di alam bawah sadarnya.
2. Imajinasi
Ide juga bisa muncul melalui imajinasi. Imajinasi ada 2,yaitu imajinasi pasif (contohnya mimpi, lamunan) dan imajinasi reproduksi (contohnya imajinasi di bidang sains). Imajinasi reproduksi didukung oleh kemampuan membentuk kembali pengalaman masa lalu, orang semacam ini inin mengobservasi, ingin memliki dan ingin mewujudkan idenya. Imajinasi seperti ini disebut juga imajinasi kreatif. Hasil dari imajinasi kreatif adalah penemuan baru, yang bisa berupa benda, konsep, ide maupun model .
3. Intuisi
definisi intuisi adalah ”pengetahuan mendadak yang diperoleh tanpa sadar”. Bisa diartikan pula sebagai pengertian yang diperoleh mendadak tentang kebenaran. Istilah lain dari intuisi adalah "knowing without knowing why I know”. Contoh intuisi adalah saat seorang wirausaha sedang menanam bunga, tiba-tiba melintas ide dalam benaknya tentang cara meningkatkan penjualan.
Pada dasarnya semua orang memiliki intuisi. Proses mental bawah sadar yang menciptakan intuisi bisa distimulasi agar lebih produktif. Salah satu caranya adalah dengan mencatat, segera setelah ide tersebut muncul.
Ladd menguraikan faktor-faktor yang mendorong bekerjanya proses bawah sadar menjadi sangat produktif. Faktor tersebut adalah:
1. Keraguan (doubt)
Saat seseorang merasa ragu untuk menyelesaikan masalah dengan cara konvensional, rasa bawah sadar kemudian muncul membantu menciptakan ide pemecahannya.
2. Sikap berani (venturesome attitude)
Keberanian berbuat salah akan meningkatkan respon terhadap ide dari alam bawah sadar. Orang yang takut berbuat cenderung segera menolak ide yang tidak biasa, dan mengambil langkah yang lebih aman. Akibatnya kemajuan yang didapat akan lebih lambat dari orang yang berani menjalankan intuisinya. Perlu disadari bahwa kesalahan adalah hal biasa, dan kegagalan tidak pernah bisa diramalkan secara tepat. Tantangan dari sebuah ide yang penuh resiko akan membuat seorang wirausaha lebih cermat dalam membuat persiapan dan lebih keras dan berusaha. Bahkan kegagalam besar mungkin akan lebih mengobarkan semangat dianding sebuah kesuksesan kecil.
3. Bermacam-macam pengalaman, memori dan ketertarikan
Banyak pengalaman,kenangan dan minat yang dimiliki akan membantu memanfaatkan rasa bawah sadar seseorang. Seluruh informasi yang didapat dari pengalaman, kenangan dan pengembangan minat akan membantu seseorang membuat jalinan hubungan benda atau masalah yang dihadapi.
4. Persiapan yang sempurna dan sungguh-sungguh
Membuat persiapan dengan cermat dan serius, merenungi masalahnya dengan jelas, akan memancing rasa bawah sadar memunculkan ide yang bermanfaat.
5. Menyerah sementara
Rasa bawah sadar kadang memunculkan solusi saat seseorang berhenti memikirkan masalahnya. Saat menghadapi masalah atau mencari ide baru ada baiknya seorang wirausaha menghentikan sejenak upayanya tersebut, dan melakukan kegiatan lain.
6. Relaksasi/istirahat/santai
Proses kerja alam bawah sadar aktif pada saat pikiran tidak terlalu penuh, maka kondisi santai akan sangat bermanfaat untuk memunculkan ide. Ada orang yang alam bawah sadarnya aktif pada malam hari sehingga tengah malam terbangun dengan ide cemerlang. Ada pula yang idenya muncul saat jalan-jalan, mengendarai mobil, berlibur ke tempat yang menimbulkan rasa santai dan nyaman, atau berbaring setengah tidur.
7. Menulis
Alam awah sadar bisa terstimulasi saat menulis. Menulis mengaktifkan imajinasi dan kerja belahan otak kanan, sehingga mendorong alam bawah sadar untuk bekerja. J.Z. Young dalam bukunya Doubt and certainty in science menyatakan bahwa intuisinya banyak muncul apabila ia menulis. Pada waktu ia menulis, ia hanya tahu kalimat pertamanya saja tanpa tahu kalimat selanjutnya. Tapi ketika dimulai, intuisinya muncul terus menerus sehingga selesailah pekerjaan menulisnya.
8. Bertukar pikiran
Berbicara dengan orang lain akan memberikan kita pendapat atau sudut pandang lain, bisa juga melengkapi ide atau pandangan kita yang kurang komplit. Diskusi dengan orang lain akan sangat membantu pemecahan masalah.
9. Bebas dari kebingungan atau kekacauan
Banyaknya gangguan atau interupsi akan mengganggu kerja alam bawah sadar. Pada orang yang terlalu banyak tugas, pikirannya ruwet karena sering berganti tugas, pemindahan yang terjadi dari rasa bawah sadar akan diterima oleh rasa bawah sadar sebagi random noise atau keributanbelaka, dan ini tidak akan melahirkan intuisi. Segera melaksanakan tugas, dan tidak menundanya bisa menjadi salah satu cara agar pikiran tidak terlalu ruwet sehingga ada tempat kosong atau space untuk alam bawah sadar bekerja.
10. Limit waktu (deadline)
Adanya batas waktu yang hampir habis, mendorong alam bawah sadar bekerja lebih giat. Misalnya bagi seorang wirausaha, semakin dekat waktu penyelesaian target, maka makin banyak ide praktis muncul. Hal ini menjelaskan mengapa seseorang baru bisa menyelesaikan tugas saat tenggat waktu hampir habis. Membiasakan melakukan pekerjaan pada batas waktu tidak terlalu disarankan, karena belum tentu ide akan muncul di saat-saat terakhir.
11. Tekanan/ tension
Tekanan atau keterlibatan kita yang sangat dalam pada satu persoalan ditambah lagi dengan rasa keinginan tahu yang sangat besar akan mengundang konsentrasi dan semangat tinggi sehingga mendorong rasa bawah sadar seseorang. Sumber keinginan untuk memecahkan masalah ada 3, yaitu curiosity, ego dan frustasi. Curiosity atau rasa penasaran muncul saat seseorang melihat sesuatu yang tidak sempurna atau perlu dirubah, kemudian ego mendorong seseroang untuk melakukan sesuatu, sehingga jika ia mampu menyempurnakan atau menyelesaikannya akan muncul perasaan mampu (mastery dalam dirinya). Perasaan frustasi yang muncul saat seseorang gagal atau merasa hasilnya belum lengkap/sempurna juga bisa memunculkan tekanan dalam diri yang membuatnya bersemangat untuk melakukan tindakan. Ketiga faktor diatas (penasaran, ego, frustasi) akan membangkitkan tension estetik yang mendorong munculnya intuisi.
Prof.Ladd menyatakan bahwa tidak ada gunanya seseorang memililiki banyak rasa bawah sadar bila rasa sadarnya gagal menangkap hasil bawah sadar. Intuisi terkadang muncul di batas rasa sadar, dan harus segera ditangkap sebelum hilang. Imajinasi dan intuisi akan sangat membantu kemajuan usaha seseorang. Dengan didukung pengalaman, data, mau berpikir, senang dengan tantangan, akan memaksa seseorang meningkatkan daya intuisinya. Misalnya seorang wirausaha tiba-tiba punya ide pergi ke luar kota menemui sahabat lamanya. Kunjungan mendadak itu ternyata mendatangkan keuntungan yang luar biasa. Seandainya ia tidak menuruti intuisinya untuk pergi menemui sahabatnya, maka keuntungan itu tidak akan datang.
B. Menilai Peluang Usaha Baru
Peluang usaha bisa muncul dari mana-mana. Baik muncul dari diri sendiri melalui intuisi maupun melalui hasi pencarian ide yang dilakukan secara sengaja, maupun muncul sebagai respon terhadap faktor di luar diri (tawaran, lokasi straegis, permintaan pasar, bahan baku melimpah, dsb). Beberapa hal yang perlu diingat oleh seorang wirausaha dalam melihat peluang adalah (Supriyadi & Widodo, 2002):
1. Pengalaman dan objektifitas
Terutama dari sudut pandang pemasaran dan sudut pandang bisnis. Pengalaman akan membantu seorang wirausaha dalam menilai sebuah peluang usaha. Misalnya pengalaman seseorang berdagang pakaian batik akan membantunya menilai peluang membuka konfeksi pakaian batik. Pengalaman bisa berasal dari apa yang pernah dilakukannya, bisa juga melalui konsultasi dengan orang yang lebih berpengalaman. Selain itu objektivitas dalam menilai sebuah peluang juga diperlukan sehingga usaha yang dijalani sudah diawali dengan perhitungan yang matang.
2. Kedekatan pasar
Salah satu kesalahan dalam wirausaha yaitu ada kecenderungan hanya faktor kemampuan berproduksi saja yang diutamakan, sedangkan kemampuan untuk memenuhi keinginan konsumen kurang diperhatikan. Mestinya memproduksi untuk bisa dijual, bukan sekedar memproduksi apa yang dapat dibuat.
3. Pemahaman teknis
Kurangnya pemahaman teknis terutama bagi produk baru akan menghambat atau mengakibatkan tertundanya pendirian usaha baru. Sebaiknya saat melihat peluang usaha, seorang wirausaha segera mencari tahu sedetail mungkin persiapan teknis yang dibutuhkan menjalankan usaha tersebut, sehingga saat usaha dimulai tidak banyak waktu dan biaya terbuang karena faktor teknis.
4. Kebutuhan finansial
Perlu dihitung biaya yang dibutuhkan untuk produk baru, termasuk biaya coba-coba. Pengadaan alat, pelatihan SDM, dan lain-lain. Besarnya kebutuhan ini akan membantu menentukan harga serta kapan dan bagaimana break event point (BEP) dapat dicapai.
5. Diferensiasi produk
Terutama untuk membedakan produk maupun jasa yang akan ditawarkan, dengan produk pesaing. Peluang akan semakin besar jika seorang wirausaha mampu menawarkan produk yang memiliki nilai lebih atau berbeda dari yang sudah ada.
6. Pemahaman aspek hukum
Terutama berkaitan dengan masalah hak cipta, merk dagang, hak paten, dll (SIUT, SIUP, SIUJK,TDP, NPWP, PKP). Pemahaman terhadap aspek hukum membantu mengurangi faktor resiko. Ada peluang usaha yang tampaknya memberikan keuntungan yang menggiurkan, ternyata memiliki resiko berhadapan dengan masalah hukum. Dalam hal ini seorang wirausaha wajib berhati-hati mensikapi peluang tersebut.
Hal-hal yang disebutkan di atas, bukanlah untuk menakut-nakuti seorang calon wirausaha untuk memulai usahanya, tapi agar seorang wirausaha bisa mensikapi peluang dengan cerdas sehingga lebih dekat dengan keberhasilan. Menilai peluang sebaiknya tidak dilakukan terlalu lamban, karena peluang yang ada bisa hilang atau diambil orang. Seorang wirausaha harus bisa bergerak dan berpikir dengan cepat.
Suharno (2008) memberikan fakta dan tips untuk membantu seorang wirausaha menilai peluang usaha maupun usaha yang sedang dijalani, sebagai berikut:
1. Fakta
a. Pada umumnya semua jens produk memiliki peluang mencetak keuntungan dan kerugian. Permasalahannya bukan pada produk tapi pada pasarnya. Bisa saja seorang wirausaha menjalankan bisnis yang tampaknya bergengsi ataupun eksklusif, tapi kalau produk itu tidak laku, apa artinya?
b. Sebagian besar usaha mengalami kebangkrutan bukan disebabkan oleh persaingan, melainkan oleh kekurangmampuan mengelola SDM. Banyak perusahaan bisa tumbuh dengan cepat kemudian bangkrut
c. Banyak yang mengira bisnis yang dimulai dengan hobi akan maju pesat. Faktanya, bisnis memang membantu wirausaha mengetahui seluk beluk kegiatan yang terkait dengan hobi tersebut. Ketika hobi menjadi bisnis, wirausaha perlu mencermati pola jual beli yang layak agar bisa menguntungkan usahanya.
d. Menjual produk yang murah belum tentu laku. Banyak produk yang harganya sangat mahal justeru lebih laku dari pesaingnya yang menawarkan harga murah. Permasalahannya adalah pada nilai yang akan diterima pembeli. Bisa jadi karena dengan harga semahal itu konsumen merasa memperoleh sesuatu, mungkin kualitas produk, kualitas pelayanan, atau soal gengsi. Wirausaha yang cermat memprediksi selera pasar, akan punya peluang keberhasilan lebih besar.
e. Banyak orang mengira membuka usaha yang belum dilaukan orang lain punya peluang maju lebih besar. Faktanya, dengan membuka usaha baru yang belum dilakukan orang lain seorang wirausaha harus melakukan investasi uang dan waktu yang lebih besar untuk meyakinkan konsumen bahwa produk yang ditawarkan bermanfaat bagi konsumen.
2. Tips
a. Wirausaha perlu mencari sesuatu yang membuatnya senang, misalnya: makanan, pendidikan, interior, fashion, perbankan, dll. Tidak usah dipikirkan kegiatan itu menguntungkan atau tidak, yang penting ia dapat memilih dan melakukan kegiatan yang menyenangkan.
b. Setelah mengumpulkan kegiatan yang menyenangkan, seorang wirausaha bisa mulai memilih salah satu dari kegiatan tersebut yang pasarnya benar-benar bagus. Misalnya seorang wirausaha menyenangi kegiatan yang berkaitan dengan makanan, maka ia bisa memilih mana yang pasarnya lebih bagus: usaha catering, membuka warung makan, membuat kue kering, minuman ringan, bisnis hantaran makanan/parcel, atau menjadi penulis resep inovatif di majalah-majalah?
c. Setelah memilih dengan mantap, wirausaha perlu mencari tentang pesaing dalam bidang usaha tersebut. Dengan mengetahui kualitas dan kuantitas pesaing wirausaha dapat mengukur kemampuannya dalam membangun usaha.
C. Analisis SWOT
Gambar 7. Diagram Analisis SWOT(sumber: Rangkuti, 2006)
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan Analisis Situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT (Rangkuti, 2006). Analisis SWOT membandingkan antara faktor ekternal peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths dan kelemahan (weakness).
.
Gambar 7. Diagram Analisis SWOT (Sumber: Rangkuti, 2006)
Pada gambar di atas dapat dilihat kondisi yang berbeda pada masing-masing kuadran:
a. Kuadran 1 :
Situasi yang sangat menguntungkan, ada sinergi antara kekuatan yang dimiliki dan peluang. Wirausaha dapat melancarkan kebijakan agresif (growth oriented strategy) berkaitan dengan usaha atau produknya.
b. Kuadran 2 :
Meskipun menghadapi perbagai ancaman, tapi masih ada kekuatan internal yang dimiliki. Strategi yang harus digunakan adalah strategi diversifikasi produk/pasar agar usaha dapat berjalan
c. Kuadran 3 :
Peluang pasar besar, tapi ada kendala internal (contohnya permintaan terhadap produk tinggi tapi secara internal sedang mengalami masalah SDM). Strategi yang dapat dilakukan adalah mengurangi masalah atau kendala internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang baik
d. Kuadran 4:
Kondisi yang sangat tidak menguntungkan, secara internal banyak kelemahan sementara ancaman dari luar cukup banyak dalam kondisi ini strategi yang diunakan adalah stratgi defensif, yang penting usaha bisa terus bertahan.
Alat yang digunakan untuk menyusun faktir strategis perusahaan adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis.D. Profil Usaha
Secara garis besar ada 5 jenis usaha, kelima usaha ini dapat dirinci sedemikian rupa baik menurut lembaga yang mengusahakan, bentuk badan hukum, besarnya usaha, komoditi yang diusahakan, sehingga muncul berbagai jenis usaha yang luar biasa banyaknya. Kelima usaha tersebut antara lain:
1. Usaha ekstraktif
Merupakan usaha yang bergerak dalam bidang pertambangan atau bidang usaha yang mengambil langsung dari alam, seperti hasil laut, hasil hutan.
2. Usaha agraris
Mencakup berbagai usaha pengelolaan kebun, perdagangan hasil-hasil pertanian (agrobisnis) atau usaha apapun yang dapat dihasilkan atau diolah dari bidang pertanian, perkebunan maupun peternakan.
3. Usaha industri
Pengolahan bahan mentah menjadi barang jadi, atau modifikasi menjadi produk yang baru. Industri dapat dirinci dalam bentuk berbagai jenis komoditi yang dihasilkan dan besar kecilnya industri yang diusahakan.
4. Usaha jasa
Bentuk utama dari usaha ini adalah memberikan layanan atau service. Bisa berupa tenaga, keahlian, maupun ide. Contoh usaha ini adalah biro jasa pengurusan surat (bpkb, stnk, pasport, dll), lembaga konsultan, kursus, pengelolaan parkir, desain dsb.
5. Usaha perdagangan
Penjualan berbagai produk, baik dalam skala besar maupun kecil. Perdagangan merupakan ujung tombak bisnis, karena sebaik apapun sebuah produk, belum bernilai bisnis sampai ia berhasil dijual.
a. Konsentrasi
Barang-barang yang akan dipasarkan dikumpulkan terlebih dahulu. Misalnya pengepul hasil pertanian seperti tengkulak, KUD atau dolog yang mengumpulkan beras dari para petani.
b. Equasi
Mencari informasi daerah yang memerlukannya, berapa dan kapan diperlukannya
c. Distribusi
Barang dikirim menurut jumlah dan kualitas sesuai dengan informasi yang telah dikumpulkan. Pola distribusi bisa menunjukkan apakah sebuah perdagangan itu bisa dikatakan perdagangan besar atau bukan. Ada 3 hal yang bisa diperhatikan; yaitu:
1) Motif pembelian, Barang bukan untuk dikonsumsi, tapi untuk dijual kembali agar memperoleh keuntungan
2) Jumlah pembelian, barang yang dibeli dalam jumlah besar, bukan untuk keluarga maupun kawan sendiri, tapi untuk diperdagangkan
3) Cara-cara usaha, ada beberapa kriteria:
· Perdagangan besar mempunyai usaha yang diskriminatif, hanya melayani perdangan eceran. Tidak melayani semua konsumen
· Transaksinya adalah transaksi besar, dala arti lebih besar dari kebutuhan sehari-hari
· Harga dapat berubah sesuai situasi. Bukan one price policy seperti para pedagang, tapi dapat dilakukan cara korting, kredit, cara-cara pengiriman dsb.
Termasuk dalam perdangan besar adalah perdagangan dengan cara grosir. Grosir sendiri dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Grosir yang berfungsi terbatas, terdiri atas:
a. Pengirim barang (drop shippers) adalah pedagang besar yang tidak memiliki gudang, mereka membeli barang kemudian langsung mengirimkan kepada langganannya.
b. Pedagang dengan truk (truck jobber) adalah pedagang yang mengusahakan truk, membawa barang, kemudian menyerahkannya sewaktu melewati pedagang eceran.
c. Grosir tunai dengan self service (cash carry wholesalers) yaitu pedagang besar yang menjual barangnya secara tunai dengan harga relatif rendah.
d. Pengecer yang bersama-sama memiliki grosir (retails owned cooperaties wholesalers) yaitu sekelompok pedagang eceran mengusahakan sendiri toko grosir dengan dengan maksud menekan biaya dan dapat membeli barang dengan harga relatif rendah. Mereka memilih seorang manajer yang akan mengurus toko grosirnya. Toko grosir ini berfungsi secara cooperatif sebagai pedagang besar atau melakukan fungsi perdagangan lainnya secara bersama.
e. Kelompok sukarela bergabung dengan grosir (voluntary group wholesalers) merupakan kelompok yang terdiri dari sekumpulan toko-toko eceran yang dimiliki secara bebas oleh pengusaha-pengusahanya yang dengan sukarela bergabung dengan seorang pedagang besar untuk pembelian, reklame, dan aktivitas-aktivitas lainnya.
2. Pengumpul hasil pertanian
a. Pembeli lokal khusus (private resident buyer) merupakan dealer lokal yang berdiri sendiri dan terkadang merupakan wakil dari dealer dan produsen.
b. Pembeli yang berkeliling mendatangi perusahaan pertanian satu persatu atau membuka tempat pengangkutan lokal agar dapat membel hasil para petani
c. Saudagar dengan truk (merchant truker) menggunakan truk sebagai alat pengangkut dengan membeli buah-buahan, sayur-sayuran, ternak dll dan menjualnya langsung ke pedagang eceran
d. Pembeli berdasar perintah (order buyer) yang memiliki para grosir pasar sentral dan distributor, mereka membeli berdasarkan perintah dan pemberian tugas dengan kualitas tertentu atau bisa juga disebut menjadi agen perantara.
3. Jenis grosir menurut barang yang diperdangankan
a. Grosir barang umum (general line) dapat memenuhi setiap kebutuhan pedagang eceran karena mempunyai bermacam-macam produk dan mengambil keuntungan dari order yang cukup besar.
b. Grosir barang khusus (speciality wholesalers) grosir yang menkhususkan diri di bidang tertentu (misalnya obat, bahan pangan, pakaian jadi, dll). Karena mengkhususkan diri dalam penjualan besar, biasanya mereka juga punya pengetahuan tentang barang yang diperdagangkannya
4. Jenis grosir menurut lapangannya
a. Grosir melayani pabrik (mill suply wholesalers) mereka menjual berbagai barang hasil industri yang dibelinya ke pabrik-pabrik
b. Penjual barang khusus ke pabrik jenis grosir (single line wholesalers) , grosir ini memperdagankan produk khusus untuk dijual kepada macam-macam pembeli pembeli dan berindak seabagai drop shipper.
5. Menurut daerah operasi atau daerah yang dilayaninya
a. Grosir tingkat nasional (national wholesalers) yaitu grosir yang daerah kerjanya meliputi wilayah seluruh negara.
b. Grosir tingkat propinsi (regional wholesalers) yaitu grosir yang tidak berusaha untuk mendistribusikan produk-produk mereka ke seluruh negara, tetapi hanya menjangkau daerah luas meliputi seluruh daerah bagian atau propinsi.
c. Grosir lokal (local wholesalers) daera kerjanya pada sebuah kota besar atau bagian dari kota atau kota kecil yang letaknya berdekatan.
Dalam dunia usaha, perdagangan besar memiliki fungsi antara lain: pengumpulan dan penyebaran, pembelian dan penjualan, pemilihan barang, pemberian kredit, penyimpanan dan pengangkutan.
Perdagangan eceran/ retail
Perdagangan eceran bisa didefinisikan sebagai suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir. Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen ke konsumen. Pedagang eceran adalah orang yang pekerjaan utamanya mengecerkan barang. kalau ada produsen yang menjual langsung produknya ke konsumen akhir, tetap tidak termasuk retailing/pedagang eceran karena pekerjaan utamanya bukan pengecer, tapi produsen. Perdagangan eceran ini sangat penting artinya dalam mata rantai produk dari produsen sampai ke konsumen, retail bisa memperoleh informasi tentang selera pembeli, memasang spanduk/iklan, memberikan hadiah, dsb. Perdagangan eceran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Perdagangan eceran besar
b. Perdagangan eceran kecil, terdiri dari pedagang berpangkalan (toko kecil, kios, warung) dan pedagang tidak berpangkalan (tukang bakso, tukang sate, sol sepatu).
Setelah pebisnis retail masuk ke Indonesia, maka pelaku bisnis ritel dapat dikelompokkan menjadi 4 (Foster, 2004):
a. Kelompok grosir dan hypermarket
b. Kelompok supermarket/department store
c. Kelompok minimarket modern
d. Peritel kecil tradisional
Terdapat banyak faktor yang menentukan sukses tidaknya sebuah bisnis retail. Faktor tersebut antara lain:
a. Lokasi/tempat : lokasi yang strategis, misalnya di tengah keramaian kota akan memiliki volume penjualan lebih tinggi dibanding toko yang letaknya jauh dari keramaian.
b. Kelengkapan barang : konsumen lebih memilih toko yang lengkap, dengan variasi produk yang lebih beragam. Barang yang disediakan perlu memperhatikan prinsip: menyediakan barang yang tepat, pada tempat yang tepat,pada waktu yang tepat, pada harga yang tepat, pada jumlah yang tepat. Oleh karena itu perlu perencanaan yang matang.
c. Ketepatan harga : strategi dalam menentukan harga perlu dipertimbangkan. Ada toko yang memberikan penawaran harga lebih murah dari harga pasaran untuk produk-produk terkenal, agar tokonya mendapatkan citra murah sehingga konsumen bersedia menjadi pelanggan loyal di toko tersebut
d. Suasana toko, dipengaruhi oleh : eksterior, interior, layout, karyawan Pedagang kaki lima
Kebanyakan barang-barang yang ditawarkan adalah barang-barang conveniencey yang dibeli dengan alasan emosional, begitu melihat langsung ingin membelinya. Harga produk masih bisa ditawar. Alma (2005) menyebutkan definisi dari pedagang kaki lima adalah setiap orang yang melakukan kegiatan usaha dengan maksud memperoleh penhasilan yang sah, dilakukan secara tidak tetap, dengan kemampuan terbatas, berlokasi tempat atau pusat-pusat konsumen.
Franchise (waralaba)
Bygrave (1994) mendefiniskan franchise sebagai sebuah peluang bisnis dimana pemilik, produsen atau distributor sebagai franchisor dari barang dan jasa atau merk tertentu memberi hak kepada individu atau franchisee untuk menjadi agen lokal dari barang dan jasa. Sebagai imbalannya franchisor menerima pembayaran atau royalti yang telah ditetapkan. Dalam kerjasama tersebut terdapat license of agreement atau semacam kontrak yang memuat rencana pemasaran, prosedur aliran dokumen, pelaksanaan bantuan dan suaha pengembangan bisnis. Merk dagang menjadi aset utama franchisor.
Waralaba dibedakan menurut 3 karakteristik:
1. Pemberi waralaba memberi lisensi kepada pewaralaba dengan imbalan royalti
2. Pewaralaba diharuskan membayar kewajiban untuk menjadi bagian sistem tersebut
3. Pemberi waralaba menyediakan suatu sistem pemasaran dan sistem operasi untuk menjalankan kegiatan bisnis. Misalnya mc donald mengharuskan pewaralabanya mengikuti ”universitas of hamburger” di illinois untuk belajar bagaimana cara mengelola bisnis dan menerima instruksi prosedur yang harus diikuti dalam melaksanakan bisnis.
Keuntungan franchising:
1. Produk yang ditawarkan telah memasuki pasaran yang luas dan diterima oleh umum
2. Franchising tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk memperkenalkan kredibilitas perusahaan
3. Franchisor sudah berpengalaman dan memiliki keahlian manajemen sehingga dapat memberikan bantuan kepada franchisee.
4. Perencanaan secara detail lebih bisa dilakukan karena pengetahuan tentang pasar dari franchisor yang telah matang
Mahfoedz (2006) mengklasifikasikan waralaba menjadi 4 jenis:
1. Sistem waralaba pabrik-pengecer
Pabrik memberikan ijin kepada semua outlet untuk menyimpan sediaan dan memasarkan produknya. Misalnya kendaraan bermotor, produk minyak/gas, sepatu dll
2. Sistem waralaba pabrik-grosir
Franchisee melakukan aktivitas produksinyanya kepada pengecer lokal. Misalnya pada perusahaan minuman pabrik memasok bahan dasar kepada grosir yang menambahaknya dengan bahan, kemasan produk kemudian mendistribusikannya.
3. Sistem waralaba grosir-pengecer
Franchisor mencari pengecer independen untuk menjadi franchisee dengan cara kontrak, jadi grosir mensponsori waralaba eceran.
4. Waralaba nama perusahaan
Franchisor memiliki nama perusahaan yang telah dikenal dan mtode untuk pengoperasian outlet yang terbukti menguntungkan. Misalnya mcdonalds, sheraton inn, dll
Posting KomentarDefault CommentsFacebook Comments